Jumat, 11 Oktober 2019

perilaku auditor & tahapan-tahapan kerja auditor teknologi (4KA07)


PERILAKU AUDITOR DAN TAHAPAN-TAHAPAN KERJA AUDITOR TEKNOLOGI





Nama : Ragil Wijaya Saputra (15116971) 



Perilaku Auditor
Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentatati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi. Hal ini hampir berlaku pada semua profesi, termasuk profesi sebagai auditor internal.Auditor internal merupakan salah satu profesi yang berkembang dan menyesuaikan dengan perubahan pada lingkungan organisasi atau perusahaan, dan aktivitas serta standar atau peraturan yang berlaku. Fungsi internal auditor juga mengalami perubahan yang signifikan, dari sebelumnya hanya difokuskan pada pemeriksaan keuangan dan akuntansi, pada saat ini internal auditor dituntut turut berperan dalam perbaikan kualitas operasi serta memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dengan auditor internal mematuhi setiap norma-norma yang diterima secara umum dan mampu bekerja sesuai dengan kode etik profesi maka mewujudkan GCG (Good Corporate Governance), karena pada hakekatnya perilaku etis berisi tentang keharusan yang wajib dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai penjabaran pelaksanaan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) yaitu: Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas (Pertanggungjawaban), Independensi (Kemandirian), dan Fairness (Kewajaran).
Dilihat dari kode etik yang sudah ada perilaku etis auditor internal seharusnya mentaati kode etik tersebut, karena dengan mentaati kode etik secara tidak langsung auditor internal membuat pribadinya menjadi pribadi yang unggul dan mengetahui mana yang nantinya akan baik jika perilaku yang ia lakukan etis maupun tidak etisnya.
Sebagai auditor internal tentu tidak bisa dipisahkan dari pengambilan keputusan–keputusan penting. Pertimbangan utama dalam keputusanadalah etika, walaupun seringkalimelibatkan berbagai macam konflik kepentingan. Etika menggambarkan prinsip moral atau peraturan perilaku atau kelompok individu yang mereka akui. Etika berlaku ketika seseorang harus mengambil keputusan dari beberapa alternatif menyangkut prinsip moral. Perilaku etis ditentukan oleh masing-masing individu. Setiap orang menggunakan alasan moral untuk memutuskan apakah sesuatu etis atautidak. Etika adalah kode perilaku moral yang mewajibkan kita untuk tidak hanya mempertimbangkan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Pengambilan keputusan oleh auditor dalam memberikan penilaian terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah keuangan, tentunya terkait erat dengan pemahaman auditor tentang nilai-nilai etika. Secara teoritis, baik buruknya pemahaman auditor tentang nilai-nilai etika berhubungan dengan keputusan etis yang diambil oleh auditor. Perilaku etis merupakan hal yang vital dari seorang auditor dalam fungsi audit. Etika mengarah pada suatu sistem atau kode perilaku yang didasarkan pada kewajiban-kewajiban moral, di mana kewajiban tersebut mengindikasikan bagaimana seharusnya kita berperilaku.
            Pemahaman mengenai nilai kewajaran, nilai keadilan dan nilai moral memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keputusan auditor. Maka perilaku etis auditor internal akan  berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambilnya dan akan mempengaruhi kualitas dari laporan audit internalnya, yang seharusnya memberikan nilai tambah pada perusahaan namun jika auditor internalnya tidak berperilaku etis bisa saja laporan atas pekerjaan ang dilakukannya tidak memberikan nilai tambah pada perusahaan. Maka sebagai auditor internal haruslah menjunjung tinggi kode etik yang telah mereka pegang.

Tahapan-Tahapan Kerja Auditor Teknologi

Tahapan Audit Sistem Informasi
Tahapan audit menurut Gallegos. Dalam bukunya “Audit and Control of Information System” yang mencakup beberapa aktivitas yaitu perencanaan, pemeriksaan lapangan, pelaporan dan tindak lanjut. Berikut dibawah tahapan dari audit sistem informasi, adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan ini yang akan dilakukan adalah menentukan ruang lingkup (scope), objek yang akan diaudit, standard evaluasi dari hasil audit dan komunikasi dengan managen pada organisasi yang bersangkutan dengan menganalisa visi, misi, sasaran dan tujuan objek yang diteliti serta strategi, kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengolahan investigasi. Perencanaan meliputi beberapa aktivitas utama, yaitu:
  1. Penetapan ruang lingkup dan tujuan audit
  2. Pengorganisasian tim audit
  3. Pemahaman mengenai operasi bisnis klien
  4. Kaji ulang hasil audit sebelumnya
  5. Penyiapan program audit
2. Pemeriksaan Lapangan (Field Work)
Tahap ini yang akan dilakukan adalah pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan pihak-pihak yang terkait. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapan berbagai metode pengumpulan data yaitu: wawancara, quesioner ataupun melakukan survey ke lokasi penelitian.
3. Pelaporan (Reporting)
Audit Sistem Informasi – Setelah proses pengumpulan data, maka akan didapat data yang akan diproses untuk dihitung berdasarkan perhitungan maturity level. Pada tahap ini yang akan dilakukan memberikan informasi berupa hasil-hasil dari audit. Perhitungan maturity level dilakukan mengacu pada hasil wawancara, survey dan rekapitulasi hasil penyebaran quesioner. Berdasarkan hasil maturity level yang mencerminkan kinerja saat ini (current maturity level) dan kinerja standard atau ideal yang diharapkan akan menjadi acuan untuk selanjutnya dilakukan analisis kesenjangan (gap). Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kesenjangan (gap) serta mengetahui apa yang menyebabkan adanya gap tersebut.
4. Tindak Lanjut (Follow Up)
Tahap ini yang dilakukan adalah memberikan laporan hasil audit berupa rekomendasi tindakan perbaikan kepada pihak managemen objek yang diteliti, untuk selanjutnya wewenang perbaikan menjadi tanggung jawab managemen objek yang diteliti apakah akan diterapkan atau hanya menjadi acuhan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Menurut Weber (2001), tahapan-tahapan audit sistem informasi terdiri dari:
1. Investigasi dan Penyelidikan Awal
Merupakan tahapan pertama dalam audit bagi auditor eksternal yang berarti menyelidiki dari awal atau melanjutkan yang ada unutk menentukan apakah pemeriksaan tersebut dapat diterima, penempatan staf audit yang sesuai melaukan pengecekan informasi latar belakang klien, mengerti kewajiban utama dari klien dan mengidentifikasi area resiko.
2. Pengujian atas Control (Tests of Controls)
Tahap ini dimulai dengan pemfokusan pada pengendalian menegemen, apabila hasil yang ada tidak sesuai dengan harapan, maka pengendalian manegemen tidak berjalan sebagai mana mestinya. Apabila auditor menemukan kesalahan yang serius pada pengendalian manegemen, maka mereka akan mengemukakan opini atau mengambil keputusan dalam pengujian transaksi dan saldo untuk hasilnya.
3. Pengujian atas Transaksi (Tests of Transaction)
Pengujian yang termasuk adalah pengecekan jurnal yang masuk dari dokumen utama, menguji nilai kekayaan dan ketepatan komputasi. Komputer sangat berguna dalam pengujian ini dan auditor dapat mengunakan software audit yang umum untuk mengecek apakah pembayaran bunya dari bank telak dikalkulasi secara tepat.
4. Pengujian atas Keseimbangan atau Hasill Keseluruhan (Tests of Balances or Overall Results)
Auditor melakukan pengujian ini agar bukti penting dalam penilaian akhir kehilangan atau pencatatan yang keliru yang menyebabkan fungsi sistem informasi gagal dalam memelihara data secara keseluruhan dan mencapai sistem yang efekti dan efesien. Dengan kata lain, dalam tahap ini mementingkan pengamatan asset dan integritas data yang obyektif.
5. Penyelesaian Audit (Completion of The Audit)
Tahap terakhir ini, auditor eksternal melakukan beberapa pengujian tambahan untuk mengoleksi bukti untuk ditutup dengan memberikan pernyataan pendapat.

Jenis-Jenis Audit Sistem Informasi
Menurut Weber, R. (2001), ada beberapa jenis-jenis dalam audit sistem informasi, yaitu sebagai berikut:
1. Audit Secara Bersamaan (Concurrent Audit)
Auditor merupakan anggota dari tim pengembangan sistem, mereka membantu tim dalam meningkatkan kualitas dan pengembangan untuk sistem spesifikasi yang mereka bangun dan akan diimpilakasikan.
2. Audit Setelah Implementasi (Post Implementation Audit)
Audito membantu organisasi untuk belajar dari pengalaman pengembangan dari sistem aplikasi. Mereka mengevaluasi apakah sistem perlu dihentikan, dilanjutkan atau di modifikasi.
3. Audit Umum (General Audit)
Auditor mengevaluasi kontrol pengembangan sistem secara keseluruhan, memberi opini audit tentang pernyataan keungan ataupun tentang keefektifitasan dan keefisienan sistem.
Faktor-faktor yang mendorong pentingnya pengendalian dan audit sistem informasi menuru Ron Weber (2001), yaitu sebagai berikut:
  1. Mendeteksi agar komputer tidak dikelola secara kurang terarah, tidak ada visi, misi, perencanaan sistem informasi pimpinan tertinggi organisasi kurang peduli, tidak ada pelatihan dan pola karir personal yang baik dan sebagainya.
  2. Mendeteksi resio kehilangan data.
  3. Mendeteksi resiko pengambilan keputusan yang salah akibat informasi hasil proses sistem komputerisasi yang salah atau tidak lengkap.
  4. Menjaga asset perusahaan karena nilai hadrware, sofrware dan personil yang lazimnya tinggi.
  5. Mendeteksi error komputer.
  6. Mendeteksi resiko penyalahgunaan komputer.
Tujuan Audit Sistem Informasi
Berikut dibawah ini terdapat beberapa tujuan dari audit sistem informasi, diantaranya adalah:
a)      Pengamanan aset
Aset informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), sumber daya manusia, dan data harus dijaga dengan sistem pengendalian intern yang baik agar tidak ada penyalahgunaan aset perusahaan.
b)      Efektifitas sistem
Efektifitas sistem informasi perusahaan memiliki peranan penting dalam proses pengmbilan keputusan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif bila sistem informasi tersebut sudah dirancang dengan benar (doing the right thing), telah sesuai dengan kebutuhan user. Informasi yang dibutuhkan oleh para manajer dapat dipenuhi dengan baik.
c)      Efisiensi sistem
Efisiensi menjadi sangat penting ketika sumber daya kapasitasnya terbatas. Jika cara kerja dari sistem aplikasi komputer menurun maka pihak manajemen harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih memadai atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat dikatakan efisien jika sistem informasi dapat memnuhi kebutuhan user dengan sumber daya informasi yang minimal. Cara kerja sistem benar (doing thing right).
d)     Ketersediaan (Availability)
Berhubungan dengan ketersediaan dukungan/layanan teknologi informasi (TI). TI hendaknya dapat mendukung secara kontinyu terhadap proses bisnis kegiatan perusahaan. Makin sering terjadi gangguan (system down) maka berarti tingkat ketersediaan sistem rendah.
e)      Kerahasiaaan (Confidentiality)
Fokusnya ialah pada proteksi terhadap informasi dan supaya terlindungi dari akses dari pihak yang idak berwenang.
f)       Kehandalan (Realibility)
Berhubungan dengan kesesuaian dan kekuratan bagi manajemen dalam pengolahan organisasi, pelaporan dan pertanggungjawaban.
g)      Menjaga integritas data
Integritas data (data integrity) adalah salah satu konsep dasar sistem informasi. Data memiliki atribut-atribut seperti kelengkapan kebenaran dan keakuratan.