Minggu, 23 Oktober 2016

Review film TANAH SURGA

"tanah surga... katanya: potret nasionalisme di perbatasan"
Bukan lautan hanya kolam susu..katanya, tapi kata kakekku hanya orang kaya yang minum susu. Tiada badai tiada topan kau temui,kain dan jala cukup menghidupimu.. tapi kata kakekku ikannya diambil negara asing. Ikan dan udang menghampiri dirimu.. katanya, tapi kata kakekku ssh.. ada udang dibalik batu hahaha... orang bilang tana kita tanah surga katanya, tapi kata dokter intel yang punya surga hanya pejabat-pejabat... puisi ini langsung menghentak di tengah seremoni kunjungan para pejabat di sebuah desa terpencil dikalimantan barat dekat perbatasan malaysia.
Intinya negara tidak hanya gagal menjamin kebutuhan dasar masyarakat, tapi juga lalai membangun identitas kolektif bernama bangsa didaerah perbatasan, karena masih didominasi oleh keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Konflik identitaspun terjadi. Haris (Ence Bagus) dudu beranak dua berupaya mengajak kedua anaknya salman dan salina (Tissa Biani Azahra) dan ayahnya hasyim (Fuad Idris) untuk pindah ke malaysia yang dimatanya adalah surga. Namun Hasyim mantan sukarelawan indonesia yang terlibat dalam konfrontasi indonesia malaysia 1960-an silam menampik mentah-mentah. “ mengapa tidak sekalian kau pindahkan kuburan ibu dan istrimu? ” cetus hasyim dengan berang-berang. Bagi dia indonesia tetap surga sekalipun Haris membantahnya dan bilang surga hanya milik jakarta. Akhirnya hanya Salima yang ikut ayahnya, sementara Salman memilih tinggal bersama kakeknya.
Sementara itu seorang guru bernama Astuti yang diperankan oleh Astri Nurdin juga mandapatkan kenyataan sekolah yang tidak layak. Sebuah ruang dibagi menjadi dua dengan sekat menjadi kelas 3 dan 4 SD. Dan yang paling menyedihkan bukan hanya bangunan yang lantainya jebol, tetapi sebagian besar anak-anak tidak tahu bendera Merah-Putih seperti apa.
Anwar (Ringgo Agus) juga begitu. Dokter yang mengabdi didesa terpancil ini bingung karena penduduk lebih mengenal ringgit . ketika mengajar anak-anak, ia mendapatkan bahwa mereka tidak tahu lagu Indonesia Raya melainkan lebih mengenal “kolam susu-nya” Koes Plus. Dan ternyata sekolah yang hanya satu-satunya didesa tersebut itu pernah vakum selama setahun.
Tanah surga..katanya lebih tepat sebuah film fiksi dengan pendekatan dokumenter. Banyak adegan yang menyentuh hati bagi mereka yang mempunyai hati untuk bangsa ini. Saya tersentuh ketika melihat adegan Salman yang berkeras menembuh Merah-Putih yang dipakai sebagai kain pembungkus barang seorang pribumi di kawasan malaysia dengan kain sarung. Bendera itu kemudian dibawahnya sambil berlari ke negerinya di iringi lagu Tanah Air-nya Ibu Sud.
Tanah surga..katanya sarat menggambarkan pandangan nasionalisme. Adegan ketika Hasyim berdiri tegak ketika bendera Merah-Putih dikerek diiringi lagu Indonesia Raya mengingat saya pada adegan ketika Naga Bonar tetap tegak meski tubuhnya mau limbung ketika bendera di kibarkan dalam film “Naga Bonar jadi 2”. Sama-sama menyuarakan kecintaan terhadap Negri ini.
Tetapi adegan yang paling dasyat adalah ketika Haris bersorak-sorak bersama ratusan warga malaysia menyaksikan kesebelasan itu menekuk squad garuda, semenmtara diseberang sana ayah Haris (Hasyim) yang menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan sulit menuju rumah sakitdengan perahu dengan diantar anwar. Sementara Salina menggambar Haris, dia, Salman dan kakeknya sedang berdiri tegak dengan bendera Merah-Putihdi depan sebuah rumah.
OPINI: “ SAYA MENCINTAI NEGERI INDAH DENGAN GUGUSAN RIBUAN PULAUNYA SAMPAI SAYA MATI DAN MENYATU DENGAN TANAH TERCINTA.”

Sebuah kutipan yang indah untuk menggambarkan betapa kayanya Negri ini, namun dibalik itu semua terselip jutaan impian dari masyarakat pribumi yang berdiam diperbatasan. Mereka hanya bisa bermimpi dan berharap semoga para wakil rakyat mendengar suara hati mereka. Kejadian dari film ini kiranya tidak terjadi dikehidupann nyata. Seseorang rela meninggalkan negaranya bahkan keluarganya sendiri agar bisa merasakan kehidupan yang lebih layak. Dan dari film ini kita dapat mengambil pembelajaran bahwa dalam keadaan sesulit apapun jangan sampai kita kehilangan kecintaan terhadap Negri kita tercinta INDONESIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar